in the name of Allah The Most Beneficent The Most Merciful
Semalam adalah hari yang penuh diskusi. Diskusi tentang hidup, tentang idea, tentang ke mana arah tuju yang harus diambil, tentang fikrah dan tentang hati.
Cinta Pertama dan Patah Hati
3 tahun dulu, saya mencari-cari jawapan pada setiap kata yang menyakitkan, pada setiap baris ayat yang melukakan. sampai satu masa hati berputus asa menanti jawapan Dia atas apa yang terjadi. Mungkin saya tak akan pernah tahu apa yang terjadi di dalam sekeping hati itu. Tak akan pernah bisa memahami apa yang ada di fikirannya.
Sehingga satu masa saya sampai ke satu fasa. Daripada fasa pasrah - benci - marah - pasrah kembali dan akhirnya redha. Kenapa saya katakan saya kembali ke fasa pasrah, kerana waktu itu saya kembali merasionalkan hati dan belajar untuk melihat takdir itu dari satu sisi yang lain.
Di sebalik sakitnya hati ditinggalkan, saya melihat kembali siapa saya sekarang. Apa yang telah dicapai. Di mana saya berdiri. Saya menoleh kembali melihat bagaimana Allah menuntun setiap perjalanan saya dengan sabarnya. Walau pun saya seringkali terjatuh, menangis, merungut dan kadang kala berdegil, melepaskan tangan dan berlari mengikut jalan sendiri seperti anak-anak kecil yang degil dan berkeras tetap mahukan apa yang diingini walaupun dilarang berkali-kali.
Tetapi sayangnya, hati masih tetap masih menyimpan sakit. Memaafkan, tetapi tidak melupakan. Pasrah tetapi tidak redha. Itulah yang selalu terjadi pada kita. Manusia. Rasa seperti sudah melupakan, tetapi hakikatnya hati tetap menyimpan amarah jauh di dalam lubuk hati. Betul kita punya hak itu, kerana mungkin saja kita berasa di pihak yang teraniaya. Mungkin saja.
Tetapi hidup ini walau bagaimana perit dan buruknya ia pada satu bahagian, tetap ada kebaikannya di satu sisi lain. Kerana di dalam setiap kesempitan, tetap ada kelapangan. Itu janji Allah. Pada dasarnya, saya fikirkan saya faham yang setelah berlalu fasa 'hitam' pastilah tiba fasa 'cahaya'. Tetapi rupanya bukan itu yang di maksudkan Allah.
Janji Tuhan
Di dalam kegelapan, kesempitan, tetap ada cahaya dan kelapangan. Itulah janji Allah sebenarnya.
Kehidupan itu tidak pernah sempurna. Life is always like that. seperti mana kita melihat sebiji gelas yang terisi air separuh. Jika kita katakan gelas itu separuh kosong, itu benar. Dan andai kita mengatakan gelas itu separuh penuh. Itu juga benar. Di dalam setiap nikmat, tetap ada ujian, dan di dalam setiap kesakitan yang diuji pada kita juga ada nikmat tersendiri buat kita. Lihat saja bagaimana ujian yang menyakitkan itu membentuk siapa diri kita sekarang.
Tetapi;
"What happen to us is only 10%, 90% is depend on how we react to it.."
Justeru berbalik pada cerita tentang hati yang pernah berderai 3 tahun dulu. Yang kini sudah tercantum dan sembuh kembali. Dan mungkin kerana saya sudah sampai ke fasa pasrah-redha, Allah akhirnya membuka sendiri jalan kepada persoalan-persoalan yang pernah bermain di fikiran saya 3 tahun dulu. Saya fikir saya tak akan pernah tahu jawapan dia, tetapi rupanya Allah 'simpan' dahulu jawapan itu sehingga saya benar-benar sudah sampai ke fasa pasrah-redha.
Macam Mana Saya Tahu Saya Sampai ke Fasa Pasrah-Redha?
Fasa di mana hati telah memaafkan setulusnya dan tiada rasa sakit yang terdetik. Orang putih kata; Forgive and Forget. but wholly and truly from the heart...
Ini cuma hati kita dan Allah saja yang bisa menghakiminya. Bukan orang lain. Dan bila kita tiba di fasa ini, dengan sendirinya hati merasa erti bahagia dengan sebenar-benar bahagia..
saya tahu kamu kuat dan tabah.
ReplyDeleteterima kasih anis! insya Allah. anis pun :) i know u can pass all the obstacles in front.
ReplyDeletetake your time to sit, think...renung balik..or discuss it with your dearest one. insya Allah..
e'thing will be okay.
life isn't perfect. because jannah is. ^^